Suka Duka Ustadz Asmar Lekai: Menyemai Cahaya Al-Qur’an dari Rumah ke Rumah di Desa Wolwal Tengah
Di sebuah ruangan sederhana berlantai semen dan berdinding bata tanpa plester, sekelompok warga tampak duduk bersila dengan mushaf Al-Qur’an di hadapan mereka. Di tengah lingkaran itu, seorang pria dengan sorban dan baju koko sederhana membimbing satu per satu bacaan para binaannya. Dia adalah Ustadz Asmar Lekai, Penyuluh Agama Islam Non-PNS di wilayah Belaha, Desa Wolwal Tengah, Kecamatan Alor Barat Daya.
Gambaran ini adalah potret nyata dari suka duka perjuangan
Ustadz Asmar dalam menjalankan tugas dakwahnya. Tidak hanya di masjid atau
majelis, beliau justru lebih banyak menghabiskan waktunya dari rumah ke
rumah, mengajar Al-Qur’an kepada warga yang belum bisa membaca huruf
hijaiyah. Bagi beliau, tak ada tempat yang terlalu sempit, tak ada jarak yang
terlalu jauh demi menyampaikan cahaya Al-Qur’an.
“Kadang saya jalan kaki malam-malam, lampu seadanya. Tapi
melihat semangat ibu-ibu dan bapak-bapak belajar Al-Qur’an, semua lelah jadi
hilang,” ungkap beliau dengan senyum.
Keterbatasan fasilitas tidak menghalangi langkah Ustadz
Asmar. Bahkan, tidak jarang beliau harus membawa sendiri mushaf tambahan, papan
tulis kecil, hingga makanan ringan sebagai penyemangat bagi jamaah binaannya.
Semangat dakwah beliau tumbuh dari keyakinan bahwa mendekatkan umat kepada
Al-Qur’an adalah bentuk ibadah yang tak ternilai.
Meski begitu, perjalanan dakwah ini tentu tidak lepas dari
tantangan. Ada kalanya beliau harus menghadapi cuaca buruk, atau keengganan
sebagian warga karena rasa malu belum bisa membaca. Namun, pendekatan yang
penuh kelembutan dan kesabaran membuat perlahan-lahan masyarakat membuka diri
dan ikut belajar.
Kini, berkat bimbingan rutin Ustadz Asmar, kelompok binaan
di Belaha mulai mengalami perubahan. Beberapa ibu-ibu yang dulunya buta huruf
hijaiyah, kini sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar. Dan lebih dari itu,
mereka juga mulai memahami makna ayat demi ayat.
Catatan kecil ini adalah pengingat bagi kita semua:
bahwa dakwah dan pendidikan agama tidak selalu butuh mimbar tinggi atau gedung
megah. Kadang, cukup tikar sederhana, mushaf yang terbuka, dan hati yang
ikhlas. Seperti yang dilakukan oleh Ustadz Asmar Lekai—membawa terang ke
lorong-lorong kecil kehidupan dengan lentera Al-Qur’an.Yk.


Tidak ada komentar